Friday, January 16, 2009

pencuri kesadaranku

Permintaanku terkabul-pagi ini semua lancar, menyisakan cahaya matahari yang malu tertutup mendung. Udara yang sedikit menusuk kulit, tidak membuyarkan rencana yang sudah disusun sejak semalam. Telah disiapkan sedemikian rupa, hingga pagi ini yang ada hanya kesempatan baik. Tak ada yang bisa menggagalkan, tak satupun...

Udara begitu segar. Hanya ada satu dua mobil yang lalu lalang, namun jumlah motor sedikit lebih banyak. Perjalanan yang tidak begitu lama, membuatku ingin segera bergegas sampai tujuan. Langkah tak terhenti, hingga masuk ke dalam arena berlari. Satu dua langkah ringan aku buat. Ingin lebih, lebih, dan lebih lagi. Akhirnya aku melambatkan jalan, jalanan yang melambatkanku.

Desir angin pagi yang bercampur embun membuatnya sempurna. Ada ibu, bapak, laki, perempuan yang sedang berlari membentuk satu irama harmoni yang lengkap seperti orkestra. Aku juga begitu, meramu semua menjadi satu dan lebur dalam aliran darah dan pernapasan. Aku mencoba mengaturnya, pelan..pelan..pelan...mengeluarkan udara dan menariknya kembali, memaksanya masuk untuk mengaliri darahku.

Aku merentangkan tangan, mencoba menangkap setiap tetes hujan yang mencoba menggodaku dengan genit. Tapi tak jadi. Malu-malu tapi mau.
Saat mendongak, aku melihat batas tegas, antara langit yang dan selengkung besi yang meneduhkan. Tergoda aku untuk terus melihat ke atas sambil berlari, tapi tiba-tiba rasa ada yang menyentak di paru-paru. Berontak, mengejan, marah. Aku terhenti, dalam satu putaran langkah yang menapak tanah sedari tadi.

"sudah, lari duluan saja. tinggalkan aku di sini. aku tak bisa melanjutkan, maaf aku menyerah. aku tak kuat, aku tak bisa lagi melanjutkan semua." Aku terduduk lemas. Perut menohok, kepala berputar, tangan kaki mencair;lumer, napas tak terkendali, dan keringat segar menetes dari setiap permukaan kulit.

Seketika itu, dunia jadi berwarna. Banyak bintang terang yang meggelayut di kepala. Dalam hitungan detik, kenangan-kenangan itu kembali muncul. Siapa aku, bagaimana dunia terbentuk untukku untuk kita, bagaimana rupa orang-orang yang mencintaiku, album yang kutinggal, tangan yang kusambut. Semuanya berputar, membentuk satu kesatuan waktu yang utuh. Aku jatuh. Menjatuhkan diri. Tak sadar lagi, rupa, bentuk, dan waktu. Entah siapa yang mengambil kesadaranku dengan paksa. Aku jatuh terduduk. Lengkap tanpa kurang!!

Tiba-tiba lagi ada banyak suara yang membangunkanku. Membuatku sadar di mana aku berada. Mereka menggendongku, menyadarkanku. Mengembalikanku ke dunia yang memang untukku. Dan hanya itu milikku. Aku diberi minum, diyakinkan bahwa aku akan baik-baik saja. Dan aku pun menyakinkan diriku sendiri, bahwa aku tak apa. Tapi ternyata tidak. Aku sadar, aku belum sampai pada apa yang aku sebut dunia. Karena ternyata aku sendirian.

Aku mencoba mengangkat kepala, tapi tak mampu. Berat, sakit, pusing sekali. Aku hanya tertidur melihat orang di sekelilingku yang terus berbicara padaku. Entah bicara apa, karena mereka tidak memakai bahasa yang biasa aku pakai. Setelah cukup kuat, aku mencoba duduk. Diberi minum dan dipijitlah kakiku. Ada dokter, atlit, pelatih, ahli kesehatan, penyanyi, dan penjaga pintu gerbang. Aku baru sadar, kalau tidak mengenal satupun dari mereka. Walau aku di jagat raya luas yang banyak makhluk bernama, aku baru menyadari. Bahwa kemanapun aku pergi, aku akan tetap sendiri.

Aku dibantu berdiri.
Dan diyakinkan bahwa aku sudah pingsan cukup lama.
5 menit, seperti 1 jam lamanya.

No comments: