Showing posts with label family. Show all posts
Showing posts with label family. Show all posts

Sunday, April 21, 2013

ayah

ayah, berteman bulan
memainkan kata dalam tembang jawa
siapa di sana, tanyanya
memastikan keluarganya tidak merasa was-was
karena malam yang makin ganas

ayah, berteman bintang
membuat sulur menyatu seperti tulang
kuat membuat semua tertopang
dia menyimpannya untuk kenangan
setiap sikapnya adalah warisan

ayah, begitu gagah dalam malam
begitu kuat dalam siang
dia menjadi segalanya untuk kami
kami adalah segalanya untuk dia

sulur bertaut membentuk barisan kata
"ayah"

Friday, February 22, 2013

Paket Rindu dari Ibu

Yippie...paket dari Jogja sudah datang kemarin. 
Yang bikin melonjak girang adalah kiriman kering kentang buatan sendiri, paru goreng, keripik tempe, dan 2 bungkus abon sapi yang nge-hits. 
(Aku jadi ragu untuk pantang daging 40 hari ke depan :P )
Wow banget, dan bikin hepi!!!

Dan yang paling hits adalah selembar surat, ya lebih seperti pesan-pesan sponsor dibanding surat, dari ibuku. Isinya : 

Dik, jangan lupa doa.
Jangan lupa minum vitamin.
Minum air putih yang banyak. 
Sarapan harus
Jangan stres, tenang
Nek wis habis lauk'e tak kirimi lagi
Jangan lupa buah + sayur

Ibumu

So sweet banget gak sih ya ibuku itu. Walau bikin pingin ketawa waktu awal baca. Tapi, itu hal yang super manis menurutku. Walaupun umurku udah ehemmm..lebih dari seperempat abad, tapi beliau masih menganggap bahwa, dunia masih sama saat aku minum susu tiap pagi sebelum berangkat sekolah. Hehe...

Suratnya aku pajang di kubikel kantor, untuk semangat dan pengingat tentang how beautiful she is!

- tiap pagi bangun, memastikan semua berjalan dengan baik. tiap malam tidur, meletakkan semua harapan dan membawa keluarganya dalam doa penutup hari. kadang kemarahannya hanya bertahan 2,3,4 detik. karena secepat itulah waktu berlalu, dan kini dia sudah punya cucu. tapi tak ada yang berubah, karena panggilannya padaku masih sama, anakku - 

i love you mommy ;)

Tuesday, November 6, 2012

My father, my hero


Kalau ada pejuang sejati, dia adalah bapak saya sendiri. 

Pejuang dalam segala hal. 
Pejuang yang tidak pernah mengeluh. 

Pejuang yang mau melayani sesama. 


Beliau tidak membedakan mana pekerjaan wanita, mana pekerjaan laki-laki
Memasak, mencuci baju, membersihkan lantai, tidak sungkan dilakukan. 
Membuat meja, membuat lemari, memperbaiki lantai dapur, bahkan membuat media tanam, beliau sangat ahli. 

Bapak tidak pernah mengeluh. Ya, bolehlah cerita ini itu, kesulitan yang dialami. Tapi wajarlah sebagai manusia dan seorang bapak menceritakan kesulitan hidupnya. Tapi jarang beliau mengeluhkan sakit, tidak bisa melakukan sesuatu, atau kesal karena sesuatu. Beliau pasti bisa mencari cara mengalihkan perhatiannya. Dan tidak pernah terucapkan. 

Soal melayani sesama, jangan ditanya. Beliau adalah penasihat kelompok pemuda di lingkungan rumah, menjadi ketua panitia di hampir seluruh pesta pernikahan yang melibatkan dirinya, dan juga menjadi prodiakon/pelayan gereja di lingkungan tempat kami tinggal. Beliau sering memberikan jasanya menjadi MC pernikahan dan meminjamkan peralatan sound systemnya tanpa memungut bayaran.

Bagaimana saya tidak bangga. Selama saya mengenyam pendidikan dasar, tidak pernah sekalipun beliau mengeluh untuk mengantar atau menjemput saya. Dimanapun, jam berapapun, dengan siap beliau akan menjemput. Saat saya ingin belajar naik motor agar tidak merepotkan, beliau selalu bilang kalau dia akan siap menjemput kemanapun dan kapanpun, jadi saya tidak perlu belajar naik motor. Saat sudah lulus kuliah dan ingin belajar menyetir mobil, beliau juga tidak ijinkan dengan alasan yang sama. Kemanapun kamu pergi  akan siap antar dan jemput. 

Begitulah dia dengan segala sikap dan kebiasaannya. Tentunya sebagai manusia beliau juga tidak lepas dari kekurangan. Sifat kerasnya tidak terbantahkan. Terbiasa berkegiatan di luar sejak masih muda, maka bisa setiap hari beliau ke luar rumah dan baru kembali tengah malam. Saya percaya bahwa yang dia lakukan itu positif, namun terkadang kekhawatiran keluarga terhadap kesehatannya menjadi penyebab omelan ibu kepada bapak.

Saat pergi meninggalkan untuk menginap di luar karena suatu keperluan lebih dari satu hari, maka kehebohan lain dimulai. Ibu yang tidak biasa ditinggal di rumah sendiri akan mulai mencari-cari alasan supaya anaknya tidak keluar rumah. Ibu selalu merasa tidak aman tanpa adanya bapak  di rumah. Maka, kehadiran bapak juga merupakan jaminan keamanan bagi ibu dan keluarga. Tanpa beliau, ibu akan selalu khawatir dan terganggu kenyamanannya. Tidak hanya ibu, tapi seisi rumah. 

Berbincang dengan bapak  itu seperti membaca buku-buku di rak bagian psikologi, self healing, atau motivasi diri. Beliau selalu memberikan nasihat, masukan, dan pengalamannya dengan bijak dan cukup membumi. Membumi artinya tidak membuat kita berpikir terlalu tinggi, tapi realistis. Beliau seorang pendengar yang baik, seorang penceramah yang bijak, dan pengajar yang sabar. Bercerita dengan beliau seperti menguliti lembar demi lembar pribadi kita, kita bisa cerita apa saja. Sekolah, teman, pasangan, bahkan berbagi tentang isu-isu yang sedang hits di media. 

Ketekunannya membaca buku dalam mempelajari sesuatu tidak bisa kutandingi. Buku-buku bahasa Jawa, adat pernikahan Jawa, buku-buku rohani, selalu setia dia baca untuk menambah pengetahuan saat akan melayani. Menurutku itu mengalahkan kesukaanku membaca novel dari pengarang terkenal, buku-buku periklanan, atau buku pengetahuan lain yang kuanggap keren. 

Di usianya yang sudah 57 tahun, satu demi satu batang rokok masih setia dihisapnya. Rasa-rasanya, tidak akan ada yang bisa menghentikannya kecuali niatnya sendiri dan sesak nafas ringan yang sering dialami. Tapi kembali sehat adalah jaminan dari dia, saat kebiasaan rokok dia hentikan untuk satu-dua hari. Usia separuh abad, tidak membuatnya terlihat tua. Malah lebih muda dari teman atau saudara yang usianya sebaya atau di lebih muda. Ini murni pendapat pribadi.

Hidup jauh dari bapak adalah sebuah ujian sebenarnya. Terbiasa bicara tentang apa saja tanpa dihakimi, membuat saya demanding akan kehadirannya. Pesan singkat beliau setiap hari membuat kontak fisik yang tidak mungkin, seketika jadi nyata. Sedang apa dik, sudah makan dik, hari ini kemana dik. Pertanyaan standar, but it's more than enough

He completes me. He completes us. Segala yang ada padanya adalah hal yang luar biasa. Doa yang tidak pernah berhenti saya panjatkan adalah berharap bahwa dia akan selalu sehat dan bahagia, dengan caranya. Tuhan pasti akan selalu menghadirkan segala yang baik padanya. 

Karena dia adalah pejuang sejatiku dalam kehidupan. 

Amin

I love you bapak ;)




Monday, March 2, 2009

dan sambel bawang jadi obatnya

akhirnya kekangenanku terbayar. setelah 3 hari penuh kebangetan kangennya sama rumah, hari ini dan kemarin aku udah dapet obatnya. 

minggu pagi, dimana biasanya pekerja-pekerja pada bangun siang, aku udah ada di balik ember (bukan balik meja) berbasah-basah, mencuci sekian banyak baju kotor. busa berlinang-linang, dan air bertumpah ruah, membuat pagi itu (5.45) sedikit agak lebih dingin. hehehe...ya iyalah!! 


satu dua anak kost pun bangun. ada yang sholat, ikut2an mau nyuci, ataupun nyempil-nyempil kran karena mau masak. which is, itu mengganggu pasokan air ke emberku. karena kran di tempat cuci hanya bisa menyala satu-satu. kalo satu nyala, satunya mati. duuh ga efektif deh benernya. tapi gimana lagi...


setelah ritual cuci-mencuci selesai, akupun menagih mba ririn (salah satu temen kost) untuk ngajak ke pasar. ehmm...belum jalan aja udah kebayang hasil masakanku nantinya. hehehe...berharap aja pasti enak. jarak kost dan pasar emang ga terlalu jauh (thanks God!), tapi karena hujan gerimis jadi bikin meringis, karena becek...is is... 


aku membeli sekilo beras (semoga cukup buat 2 minggu), 1/4 telor (yang ternyata sekilonya belasan ribu...), cabe rawit, bawang putih, daaan tempe...hihihi...kebayang khan mau bikin apa (kalo pernah baca postingan sebelumnya pasti tahu).


ritualku berganti, dari nyuci jadi masak-masak. di kamar 2,5 x 3 m itu, berubah jadi dapur untuk beberapa saat. karena sebenarnya sekarang di kost ga boleh masak lagi. tapi namanya juga wanita, ga afdol kalo ga masak-masak.


dipotong-dipotong, diulek, dicampur, daaaan akhirnya digoreng. sreeeeeeng... dalam sekian menit semua proses mencapai hasil akhir. upssss...tapi apinya kegedean, akibatnya ada beberapa rupa yang menghitam karena gosong. tapi, ada ribuan jalan ke Amerikan khan, nah..ada ribuan cara juga untuk mengaburkan kesilapanku menggoreng. akhirnya yang gosong-gosong tadi aku jadiin sambalnya...


taraaa...jadilah tempe goreng dan sambal bawangnya.....yummmmy...

aku makan dengan semangat, dengan porsi nasi yang lebih banyak dari biasanya. dengan bangganya aku menunjukkan ke temen kost, dan ternyata masakanku dibilang enyak enyak enyak... :D

dan hari ini, makan siangku menunya sama. uuughh...jadi kebayang suasana rumah dengan 4 orang yang agak gila di dalamnya (maap bapak ibu, ini menunjukkan rasa sayangku kok :D) ada yang teriak-teriak heboh, ada yang kalem dan selalu memberi wejangan, ada yang bangun tidur siang dan langsung nonton tipi, ada yang selalu balik lagi ke rumah kalo pergi karena ada yang ketinggalan. uuuggh...


miss you all...

Thursday, November 27, 2008

jogjaaa...

tidak ada yang istimewa pagi itu. sudah pukul 7.30, dan dia sudah di dalam bis. pagi itu, dia penuh rencana begitu tiba di kantor. menulis ini, membaca itu, belajar ngulik, dan membereskan sisa pekerjaan. pikirannya yang melayang terbuyarkan oleh seorang pengamen yang naik dan mulai memperkenalkan lagu yang dinyanyikan, membuat dia sedikit terbelalak. "pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu..."

itu lagu Jogja dari Kla Project. dan mulailah pikirannya berkelana lagi. membentuk banyak bubble dialog seperti di komik, ada yang bergambar, ada yang berupa kata-kata. ada jalanan, ada bau hujan, ada dinding yang sudah lama ia tinggalkan di sana. tapak kaki, putaran roda motor, dan goresan di kertas lapuk. suara riuh teman-temannya pun seakan membahana di telinga. memanggilnya untuk bermain, pergi keluar, atau sekedar bercerita tentang pangeran impian. lalu ibu memanggil masuk untuk minum segelas susu, yang selalu berakhir di lemari pendingin karena sudah terlambat, dan harus berangkat.

bubble yang lain, ada gambar jalanan Malioboro. simbol budaya yang modern. meski berupa toko dan kios, tapi ada sebuah makna di sana yang tidak bisa tergantikan di tempat lain. meski kegiatan yang dilakukan sama, menjual dan membeli. ada juga Tugu yang menjadi simbol kota. dan wajah-wajah sederhana yang ramah, yang dia harap, tidak tergantikan oleh kendaraan dan bangunan yang tidak menarik.

ada sakit hati, ada keceriaan, ada malu-malu, ada tangisan, ada kecewa, ada rindu, ada rasa mengagumi, ditinggalkan, dan jatuh cinta. dinding yang pudar karena waktu. hati yang beku karena kecewa. buku yang kosong karena tak pernah diisi. roda motor yang harus diganti. ketukan halus di pintu yang berbeda.

"terimakasih para penumpang, saya harap anda dapat selamat sampai tujuan. sekian dan terimakasih"

blaar...bubblenya hilang, diganti debu dan suara bis yang rongsok dan tua

Wednesday, September 24, 2008

Balada Sambel Tempe

Baru seminggu aku di Jakarta, tapi udah kangen luar biasa sama Jogja. Eduun..pokoknya! Miss my room, kangen naik motor, kangen bangun jam 4 pagi dan buka Puti. Hmmpfh.....

Banyak kemudahan yang bisa aku dapet, kalo aku stay di Jogja. Karena kerja di sana kayak holiday, liburan! Santaiiii banget! Aku pasti bisa dapet comfort zoneku, banyak fasilitas, pokoknya lengkap!! Dan, gak akan jauh-jauh dari orang-orang yang aku sayang...

Tapi banyak yang bilang, aku harus mencoba bertahan di sini. Aku juga selalu menantang diriku sendiri untuk bisa survive. Gak boleh ada alasan untuk balik ke Jogja karena gak tahan macet, lingkungan yang gak sehat, atau apalah! Yaaa..walaupun itu bisa jadi pertimbangan juga. Tapi at least, show your best! Kalo aku bisa, itu udah cukup! Disitulah aku akan dapat achievement dari apa yang aku korbankan, apa yang aku lakukan! Well ya....memang harus lebih baik dari ini.

Kembali ke masalah kangen. Di Jogja, aku biasa bangun pagi jam 4, habis itu nyalain Puti, terus bantu-bantu ibu dikit nyiapin sarapan. Kadang-kadang juga ikut ke pasar, belanja belenji sayuran. Terus sarapan bareng jam setengah 7 teng, dan habis itu mandi. Jam 8.30 biasanya semua udah siap, dan udah cabut sendiri-sendiri. Aku yang paling terakhir keluar dari rumah. Entah ke kampus atau ke kantor. Oouugh...ga akan ada daily schedule kayak gitu! Karena kekangenan yang gak wajar ini (karena antara kangen apa cuma beda rutinitas aja), aku mengobatinya dengan membuat makanan yang rumah banget di kontarakan Ruri. Yaitu..jreng..jreng...tempe goreng dengan sambel bawang. Resep jitu milik ortu, untuk obati rasa kangenku...

Mau tahu resepnya? Siapkan tempe, cabe rawit, 1 atau 2 siung bawang putih, dan garam. Tempenya dibumbui dengan bawang putih dan garam yang dihaluskan. Upss jangan lupa juga, tempenya harus digarit atau digaris-garis pake pisau bolak-balik biar bumbu ngeresap. Terus tempe digoreng. Terus, bawang putih ama cabe rawit dihaluskan, dan dikasih garam juga. Udaaah..jadii... Tempe gorengnya, bisa diulek ama sambel atau dipisah. Makannya, pake nasi putih yang panas..wuuihh..Enaaak gillaaaa... Bikin mata merem melek...hihihi....

Dan makanan ini, cukup membuatku merasa seperti di rumah. Karena yang biasa bikin ini tuh Bapak. Dan gak tau kenapa ya, tangannya bapak tuh kayak ada mantranya gitu lho! Habisnya semua makanan yang dia masak enak. Walaupun Bapak cuma masak makanan tertentu aja. Tapi...wuiiihh dahsyat! Sederhana banget! Tapi, dibalik kesederhanaan bumbu dan olahannya, ada cita rasa kuliner yang luar biasa...hahaha..kok jadi kayak ngebawain acara jalan-jalan ya! Tapi, tetep...nomor satu ya ibuku. Ya, karena belaiau juga yang masak hampir semua makanan di rumah. Hehehe...Bravo Bapak + Ibu....

Dan..hiks..makanan kangenan itu, efeknya ruaarrr biasa! Atinya jadi plong! (idiiihh norak banget ga sih!!) well...masih sebulan lagi aku baru bisa pulang, moga-moga gak akan sia-sia..
Uggghh...aku rindu rumahku!!