Showing posts with label indonesia. Show all posts
Showing posts with label indonesia. Show all posts

Tuesday, February 10, 2009

kembali, merebaklah pembicaraan tentang reality show yang menipu penontonnya. kali ini adalah salah satu reality show di satu stasiun tv swasta nasionalyang membuat kita termehek-mehek. dari awal saya sudah bisa menduga, bahwa acara ini memiliki skenario yang cukup rapi di balik layarnya.

dimulai dari laporan klien, kemudian dilanjutkan dengan penelusuran fakta dan penyelidikan oleh tim kreatif dan klien. begitu banyak fakta yangtidak terduga yang tiba-tiba ditemukan berkaitan dengan kasus yang dilaporkan. tapi juga kadang terlalu banyak kebetulan yang kebetulan. saya sempat diyakinkan kalo itu adalah kisah nyata, dan saya sempat percaya. tapi, no way! ini bukan kisah nyata.penipuan khalayak semacam telah dimulai sejak era Katakan Cinta, sebuah reality show yang membantu klien menyatakan cinta pada si target. awalnya, kisah ini memang nyata.tapi, lama-lama skenario harus diciptakan. bahkan saya juga pernah ditawarin ikut, bersama dengan komunitas film saya di Jogja.

dramatisasi yang kuat dari sebuah tayangan televisi memang mampu menghipnotis khalayak untuk terus jadi pemirsa setianya. dan yang pasti sasaran untuk acara macam ini adalah orang-orang yang punya sisi emosional lebih besar (saya gak bilang tinggi) yang punya cukup banyak waktu luang. siapa yang cocok dan karakteristik ini? tentu saja ibu-ibu dan para pembantu rumah tangga, atau anak muda harapan bangsa yang iseng dan pengangguran.

bukannya diperbaiki, walaupun kita semua tahu kalo itu palsu, tapi justru semakin kuat. didukung dengan kehadiran sinetron-sinetron yang kurang lebih sama. tidak mendidik, dan menjual mimpi-mimpi yang sama sekali ga nyata. dibayangkan pun rasanya gak mungkin. padahal, sebuah produksi tayangan reality show semacam itu, pastinya banyak melibatkan orang yang berpendidikan, pintar, dan kreatif. kenapa mereka tidak berpikir panjang, tentang apa yang akan terjadi saat acara semacam itu menjadi tontonan publik. atau masyarakatlah yang bodoh, hingga mau menerima begitu saja semua acara yang ditayangkan setiap media.

ini jadi semacam jamur, bakteri, virus. yang jika tidak segera diobati, maka akan semakin menjadi parah dan menghancurkan bagian-bagian vital lainnya. itulah kenapa masyarakat Indonesia sulit sekali diajak berpikir maju, karena ya sudah terpolusi acara-acara seperti itu. alur pikiran kita jadi statis, penuh akting, dan kepalsuan.

hendaknya, mulai sekarang tiap individu harus mulai membangun filter pribadi masing-masing. hendaknya tiap orang yang merasa lebih berpendidikan dan mengatakan dirinya berwawasan mulai memberikan pengaruh yang baik kepada masyarakat dan sekitar. kalo saya, saya memulainya dengan menghindari menonton acara seperti itu. dengan menghindari menonton acara seperti itu, setidaknya kita tidak memancing orang untuk ikut menjadi penonton. pada saat orang bertanya, kenapa kita tidak menonton, kita bisa memberikan penjelasan tentang apa efek negatif terutama untuk jangka panjang. mari kita mulai dari diri sendiri... plissss

Tuesday, October 14, 2008

Sarawak To Introduce ‘Kenyalang Steps’ Comparable To Popular Indonesian ‘Poco Poco’ Dance

SIBU, July 18(Bernama) — Sarawak has developed its own version of the ever popular Indonesian line dance, the Poco Poco.



The “Kenyalang Steps”(Senaman Kenyalang) will be introduced to the public on Sunday at the Sibu Gateway during the launch of the Sarawak CulturalWorkout, a mass exercise, at 7.30pm. Deputy Housing and Local Government Minister Datuk Robert lau Hoi Chew, whois also Sibu Member of Parliament, will launch the event where a 1,500turn-out is expected.

Paul Kawin Pipo, an assistant secretary of the Social Development and Urbanisation Ministry, told a news conference today that CDs on the newdance would be distributed to popularise it. He said the “Kenyalang Steps” was developed by the Sarawak Physical Education and Recreation Association.


(postingan yang sudah cukup lama, tapi keselnya gak ilang-ilang...damn!!)

Friday, September 26, 2008

media news

Bukannya mau sok-sokan jadi orang yang peduli banget sama negara. Tapi dua hari ini ngelihat tajuk rencana Media Indonesia, ngebahas tentang hal yang menurutku menarik banget. Tentang pengangkatan Kapolri baru, dan kondisi trasportasi kereta api di Indonesia. Kedua hal itu jelas jadi hal yang selalu menimbulkan masalah dan isu yang krusial.

Yang pertama masalah kepolisian Indonesia. Yang jadi pernyataan pentingnya adalah "akankah ada hal yang baik yang muncul dan makin membaik, ataukah selalu muncul hal buruk yang makin memburuk." Kita semua sudah tahu dan paham betul, tentang nama baik kepolisian Indonesia yang makin memburuk. Polisi sebagai pengayom masyarakat, dinilai tidak bisa lagi menjadi panutan yang baik, seiring dengan munculnya berbagai tindakan negatif dari oknum polisi tersebut. Dari mulai korupsi, pemakai narkotika, kasus suap, tindakan asusila, hingga pemerasan masyarakat dalam bentuk denda pelanggaran, yang ujung-ujungnya selalu masuk kantong pribadi. Dan itu fatal! Karena mengakibatkan jatuhnya nama baik kepolisian Indonesia yang seharusnya bisa membuat kehidupan masyarakat lebih aman. Tapi itu tidak sepenuhnya salah oknum pribadi. Gaji polisi yang terlalu kecil, menimbulkan depresi bagi masing-masing individu dalam kepolisian, yang berujung pada tindakan mencari keuntungan lain di luar pekerjaan. Seperti yang sering terjadi pada razia kendaraan bermotor. Pelanggaran yang berujung pada beban denda pengguna jalan, akan masuk ke kantong pribadi. Mungkin harus lebih hati-hati berkendara pada tanggal muda, tanggal tua, dan menjelang hari raya. Polisi pasti beraksi mencari korban-korban pelanggaran marka. Kembali ke soal gaji. Gaji polisi sebagai PNS memang tergolong kecil (walau saya gak tau persisnya), dengan tingkat resiko yang besar. Bahkan tak jarang, kebanggaan sebagai polisi harus dibayar dengan nyawa saat bertugas.

Pemerintah mungkin memang harus lebih memperhatikan kesejahteraan mereka, karena kondisi keamanan dan ketertiban ada di tangan mereka. Masyarakat pun harus mau bekerjasama dengan baik, dan menghormati polisi sebagai abdi negara. Daaaan....sebagai individu, oknum polisi tersebut harus mau dan mampu melihat kembali pada dirinya sendiri. Bahwa pekerjaan yang ia pilih adalah tugas mulia dan harus dilaksanakan dengan baik. Nama baik yang telah tercoreng harus dikembalikan. Perilaku menyimpang dan melanggar aturan harus segera ditindak. Agar wajah kepolisian RI kembali bersih, dan mampu mendongakan kepala lagi, bukan dengan sikap angkuh dan arogan, tapi dengan bangga dan berwibawa...
Naaahhh...terkait dengan pengangkatan Kapolri yang baru, tugas yang akan ia emban pun akan berat. Dipercaya penuh oleh DPR, berarti dipercaya juga oleh rakyat. Tanpa bicara banyak, rakyat pasti berharap bahwa kepimpinan kali ini bisa membawa iklim yang lebih baik. Dan memperbaiki citra polisi. Tidak hanya citra, tapi juga tanggung jawab dan profesionalitas kerja. Tapiii...jika tidak ada lagi perubahan, mungkin DPR harus memperbaiki sistem penilaian mereka. Karena bisa jadi mereka salah pilih. Semoga tidaaakk!!
Hidup Polisi Indonesia...

Yang kedua, transportasi jalan darat, yaitu kereta api.
Kereta api adalah transportasi yang sampai saat ini, menjadi alat transportasi yang paling dipilih oleh masyarakat untuk bepergian. Tapi, kenyataan yang terjadi memang ironis. Tingginya penumpang kereta api, tidak diringi dengan peningkatan fasilitas atau perbaikan bagi sistem manajemennya jadi lebih baik. Entah apa yang terjadi dalam badan manajerialnya. Yang pasti, banyak banget kecelakaan kereta api yang telah terjadi. Entah anjlok, terguling, atau menabrak. Bahkan, palang pintu pun menjadi hal yang belum bisa dipenuhi hingga kini. Kita bisa lihat, berapa nyawa melayang karena tertabrak kereta, dan yang jadi penyebabnya adalah tidak adanya palang perlintasan kereta api. Ironis memang! Tidak adanya perhatian yang maksimal pada kereta api, mengakibatkan banyaknya nyawa yang melayang karena keteledoran.
Tapi, bukan hanya pemerintah yang salah. Masyarakat pun bertingkah seenaknya sendiri, dan tidak ikut merawat fasilitas umum yang telah disediakan pemerintah. Mereka mengotori, memecahkan kaca kereta, bahkan bertaruh dengan menumpang di atas atap gerbong. What!! Apa sih yang ada di pikiran mereka? Mau bunuh diri?

Dan satu lagi hal yang paling ironis yang dilakukan masyarakat Indonesia saat ini. Beberapa orang dengan santainya mencuri besi lintasan kereta api dan menjualnya. Dengan tega, mereka menjual besi tersebut dengan harga, Rp 2 atau 3 ribu perkilonya. Mereka menukar nyawa dengan rupiah? Apa yang terjadi jika belasan gerbong kereta api, yang dipenuhi ratusan penumpang untuk pulang ke rumah tinggal mereka, mungkin di antara mereka ada sanak keluarga si penjual besi tersebut. Kereta yang mereka oleng, anjlok, atau menabrak, dan semua penumpang tewas dan luka-luka. Apa harga besi kiloan tersebut lebih berharga dari sebuah nyawa? Damn....dunia itu makin gila!!

Sebaiknya Menteri transportasi segera turun tangan. Memeriksa apa yang jadi kendala transportasi Indonesia, hingga selalu tertinggal dan mengakibatkan korban jiwa. Kereta yang jadi favorit banyak orang (bahkan ada komunitas pecinta kereta api), akan selalu jadi bagian penting dari masyarakat Indonesia. Gak bisa dipungkiri lagi. Dengan perbaikan fasilitas yang baik, masyarakat pasti akan lebih nyaman melakukan perjalanan. Dan catatan penting yang digaris tebal dan lagi-lagi untuk masyarakat, adalah agar masyarakat, kita, aku, kamu, jadi warga negara yang baik dengan menjaga fasilitas tersebut. Kalau baik, bagus, dan terpelihara, siapa yang senang? Ya kita pastinyaaa!!! Yaaa semoga jadi lebih baik!

"Menarik ya, lebih menarik lagi kalau kita jadi bagian dari semua itu dengan jadi pribadi yang baik dan bertanggung jawab, pada semua hal yang udah kita terima. Bravo..."

Sunday, September 7, 2008

Identitas budaya kita

Tadi pagi aku lihat tayangan di tivi, tentang anak-anak daerah yang belajar kesenian. Mereka belajar tari dan gamelan. Seneng rasanya lihat masih ada anak-anak kecil jaman sekarang yang mau belajar kesenian seperti gitu. Melihat mereka, para generasi muda yang masih punya identitas budaya. 

Anak-anak dari dengan basic budaya Jawa jadi tahu apa itu gamelan, bagaimana memainkannya, dan kesenian apa yang menggunakan alat musik tersebut. Anak muda di Sumatera tahu bahwa mereka kaya dengan budaya melayu. Dari kesenian sastra, tari atau adat istiadat. Tapi, sedih jika aku menyadari bahwa itu hanya sebagian kecil saja.

Kini,anak-anak sudah seperti kehilangan identitas budayanya. Kehilangan akarnya. Mereka kini adalah manusia-manusia tanpa sejarah, tanpa budaya. Yang mereka tahu hanya Indonesia, Merah Putih, Pancasila atau siapa presiden RI sekarang. Kita pun tidak bisa bilang mereka nasionalis, cinta negeri sendiri, karena itu semua mereka tahu untuk dapatkan nilai baik di sekolah. 


Agar tidak dibilang keterlaluan saat mereka tidak tahu apa lagu kebangsaan Indonesia. Mereka hanya berasal dari Sunda, Jogja, Pontianak, Riau, Lampung, Jakarta, tanpa tahu apa yang ada di tanah kelahiran mereka. Karena mereka lahir di Jogja, besar di Lampung, dan belajar di Jakarta. Atau karena budaya mereka kini sudah digantikan oleh teknologi. Internet, laptop, iPod,Nintendo DS, XBox adalah bendera, budaya, dan identitas mereka. Bahwa lagu Umbrella-nya Rihanna adalah lagu yang ngetop daripada Cublak-cublak Suweng, dan Oh Baby-nya Cinta Laura itu lebih lucu daripada lagu Ondel-ondel.

Siapa yang harus dipersalahkan? Anak-anak, pemerintah, atau kita sekarang yang lagi nggosipin mereka? Yang pasti sekarang pemerintah lagi sibuk ngurusin padi Troy yang gagal panen, dan Agus Chondro yang terima suap, atau DPR yang lagi mau sosialisasi Pemilu ke luar negeri. Mungkin aku terlalu negatif ya, tapi apa pernah melihat, mendengar, atau sekedar gosip bahwa pemerintah sedang berkonsentrasi membangunkan kembali budaya daerah yang lama tidur. Bahwa pemerintah sedang menyusun promosi wisata daerah yang diikuti dengan peningkatan kualitas dan pendanaan yang cukup, dan pembangunan sumber daya yang baik. Bahwa pemerintah mengadakan kampanye yang terpadu, solid, dan menarik, untuk kembali mencintai budaya lokal, budaya Indonesia yang jumlahnya ribuan. Mungkin mereka terlalu sibuk kali ya, dengan berbagai urusan negara.

Aku jadi khawatir, bahkan dengan diriku sendiri. Budaya apa yang aku punya, yang aku pahami, yang aku cintai. Budaya Indonesia? Ya apa? Sadarilah, bahwa kita itu heterogen, tidak homogen. Bahwa kita berwarna tidak monochrome. Bahwa kita itu polyphonic bukan monophonic. 


Jadi budaya apa? Aku sangat terhenyak saat ada seseorang yang bilang padaku, 

"Besok, saat dunia sudah makin gila, dan orang dari berbagai belahan dunia bertemu, manusia yang bisa bertahan adalah manusia yang
punya budaya, yang mengerti budaya, yang berlandaskan budaya, yang memegang idealisme budaya. Orang itulah yang akan dicari, yang diburu, dan dibayar mahal. Karena semakin masa bodohnya manusia dengan budayanya sendiri. Kalau bukan kita yang peduli, lalu siapa?"