One way to get the most out of life is to look upon it as an adventure.
William Feather
Melakukan petualangan seru pasti menjadi impian banyak orang. Berinteraksi dengan alam, melihat banyak hal baru, mencicipi berbagai kekayaan kuliner di suatu tempat, adalah beberapa hal yang bisa dimasukkan dalam list to do sebuah rencana petualangan. Dibayangkan saja sudah cukup mengasyikkan, apalagi jika bisa diwujudkan. Terlebih jika kita memiliki hobi tertentu. Seperti fotografi, menulis, atau pecinta dunia kuliner. Maka berpetualang adalah jawabannya.
Bagi Anda yang berjiwa petualang sekaligus pecinta kopi, salah satu destinasi yang mungkin bisa memenuhi hasrat petualang Anda adalah Pulau Sumatera. Kenapa harus ke Pulau Sumatera? Pulau Sumatera adalah salah satu daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia, dengan jenis kopi terbaik di dunia, Kopi Luwak.
Saya sendiri belum pernah mencicipi seperti apa nikmatnya Kopi Luwak. Tapi dari cerita seputar Kopi Luwak yang diulas di berbagai media, saya bisa membayangkan bagaimana sedapnya Kopi Luwak asli Indonesia. Hal yang patut dibanggakan adalah fakta bahwa Indonesia merupakan negara penghasil Kopi Luwak terbaik di dunia dan kepopulerannya telah dikenal di seluruh dunia. Rasanya yang sedap dan keunikan dalam pengolahannya, menjadikan Kopi Luwak sebagai salah satu kopi termahal di dunia.
Kopi Luwak merupakan salah satu aset Negara yang menjadi bagian dari kebesaran Indonesia. Jika tidak terus dijaga kelestariannya, kepopuleran Kopi Luwak asli Indonesia dapat tergerus oleh negara-negara penghasil kopi lainnya.
Maka, memperkenalkan Kopi Luwak asli Indonesia ke seluruh dunia perlu dilakukan untuk menjaga keaslian kekayaan kuliner Indonesia. Misi inilah yang mendasari Daihatsu Terios menyelenggarakan program bertema Terios 7 Wonders (11-24/10/2012) di Pulau Sumatera.
Tim 7 Wonders
Daihatsu Terios ingin mengguggah mata dunia akan kekayaan alam Indonesia, khususnya Pulau Sumatera. Daihatsu ingin menunjukkan kepedulian pada segala bentuk potensi alam yang dapat memperkaya khasanah masyarakat Indonesia.
Tim Terios 7 Wonders merangkum keindahan panorama Pulau Sumatera hingga titik Nol Kilometer di Sabang. Dengan rentang perjalanan sejauh tidak kurang dari 3.300 km, tim Terios 7 Wonders mengunjungi tujuh spot produsen kopi yang menjadi bagian dari eksplorasi kekayaan alam dan budaya Indonesia.
Daihatsu Terios, Si Sahabat Petualang
Melakukan petualangan yang seru, pasti membutuhkan persiapan yang matang dan sarana yang mumpuni. Pastikan tidak ada satupun tahapan persiapan yang terlewat sebelum memulai perjalanan. Tentukan tujuan perjalanan, dan tempat mana saja yang akan Anda kunjungi di sana. Meskipun kadang rencana dapat berubah, namun tak ada salahnya Anda bersiap. Salah satu hal yang paling penting adalah sarana transportasi yang akan Anda gunakan. Apakah Anda akan menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum.
Pada ekspedisi ini, tim Terios 7 Wonders memilih kendaraan yang memang sesuai dengan medan perjalanan yang tajam dan penuh kejutan. Tim Terios 7 Wonders akan mengendarai dua unit Daihatsu Terios TX-AT dan satu unit Terios TX-MT.
Ekspedisi ini juga sebagai salah satu bentuk uji performa Daihatsu Terios sebagai SUV sejati dengan beragam medan jalan sebagai Sahabat Petualang. Inilah tujuh wujud ketangguhan dari Daihatsu Terios TX-AT dan satu unit Terios MT :
1.The Only 7-seater SUV
Daihatsu Terios adalah mobil SUV yang menyediakan kursi penumpang untuk tujuh orang. Hal ini memungkinkan kita mengajak lebih banyak anggota keluarga dan teman untuk ikut berpetualang.
2. Easy Access Entertainment
Perjalanan dalam situasi apapun dapat tetap dinikmati dengan Steering Wheel with Audio Switch yang sistem pengoperasian audio ada pada stir kemudi. Ini akan mempermudah Anda mengendalikan sistem audio yang ada.
3. Tough Style
Penampilan Daihatsu Terios yang tangguh dan gagah, cocok sekali untuk menikmati sensasi petualangan di sepanjang perjalanan.
4. City Cruiser High Ground Clearance
Daihatsu Terios sudah dirancang dengan high ground clearance. Sehingga memberikan kenyamanan berkendara yang optimal. Nyaman digunakan di segala medan. Baik pada jalanan yang bergelombang, terjal, dan berbatu.
5. Easy Handling
Daihatsu Terios ini menggunakan electric power streering pada sistem kemudinya. Sehingga putaran kemudi menjadi lebih ringan dan memudahkan pengendalian mobil di segala jenis medan.
6. Optimal Comfort
Daihatsu Terios mampu meredam guncangan dan getaran saat berkendara di jalanan yang tidak rata. Dengan fitur comfort suspension, maka getaran akan lebih teredam.
7. Excellent Strength
Daihatsu Terios menggunakan Reliable Engine 1.5 DOHC VVT-i yang membuat performanya tangguh dan kuat dalam berpetualang di jalanan. Variable Valve Timing Intelegent adalah teknologi yang mengatur sudut camshaft secara dinamis agar dapat menyesuaikan dengan putaran mesin, sehingga meningkatkan tenaga mesin, hemat bahan bakar dan ramah lingkungan.
I wake up some mornings and sit and have my coffee and look out at my beautiful garden, and I go, 'Remember how good this is. Because you can lose it.'
Tujuan pertama tim 7 Wonders adalah Liwa. Perjalanan menuju Liwa yang merupakan wilayah pegunungan ditempuh melalui kawasan Bukit Kemuning, dengan ragam jalan yang didominasi oleh tikungan pendek, merupakan tantangan awal bagi tim Daihatsu Terios 7 Wonders. Kondisi jalan inilah yang menuntut tim untuk pandai-pandai melakukan perpindahan transmisi. Beberapa kali shifter matik Terios AT berpindah dari D-3 ke 2. Sementara untuk yang manual dari 4 ke 3.
Danau Ranau
Setiba di kota Liwa, Danau Ranau menjadi tempat pemberhentian pertama mereka. Danau Ranau adalah danau terbesar kedua di Pulau Sumatera ini terbentuk akibat gempa bumi yang dahsyat dan letusan gunung vulkanik. Di kota ini tim 7 Wonders mencicipi Kopi Luwak pertama setibanya di Pulau Sumatera dan melihat dari dekat perkebunan kopi yang tidak jauh dari Danau Ranau. Dari sinilah eksplorasi Sumatera Coffee Paradise dimulai.
Musang Luwak yang istimewa
Di Liwa, tim 7 Wonders melihat penangkaran Musang Luwak (Paradoxurus hermaphroditus) milik para petani kopi. Ada dua jenis Musang di sana, yaitu Musang Bulan (ujung ekornya putih dengan bulu kecoklatan) dan Musang Pandan (bulunya kehitaman). Aroma wangi khas yang dikeluarkan Musang Pandan ternyata menghasilkan kopi yang lebih nikmat dari Musang Bulan.
Musang Luwak
Petani kopi hanya akan menangkap Musang Luwak pada saat saat musim panen kopi tiba (bulan ke-2 – bulan ke-6 ). Sedangkan saat kopi mulai habis sebagian besar musang dilepaskan.
Musang yang ditangkap diberi makan biji kopi yang baru saja dipetik. Kopi yang dipilih warnanya merah rata dan bentuknya bulat. Biji-biji kopi tersebut kemudian direndam di dalam air. Biji yang tenggelam dikumpulkan untuk diberikan pada Musang Luwak. Musang Luwak ini hanya akan memilih biji kopi terbaik untuk dimakan.
Biji kopi yang dimakan Luwak selanjutnya terfermentasi dan keluar menjadi kotoran berwujud biji kopi. Kotoran ini dikumpulkan dan dipisahkan agar tidak lagi berbentuk gumpalan. Lalu dijemur hingga kering. Barulah biji kopi yang sudah bersih dan kering dibawa ke pabrik pengolahan kopi.
Inilah alasan mengapa Kopi Luwak harganya mahal. Selain karena proses pengolahannya yang rumit, hanya kopi terbaik sajalah yang dipilih Luwak untuk dimakan. Musang Luwak menjadi poin penting dalam industri pengolahan Kopi Luwak Indonesia.
Variasi Kopi Luwak dari Liwa
M. Khodis, salah seorang penyuluh pertanian yang memiliki pabrik pengolahan kopi menjelaskan bahwa biji kopi yang diolah di sini berasal dari petani kopi setempat. “Selain pengolahan dengan cara lama kami mencoba mengembangkan kopi beraroma ginseng dan pinang.” tambahnya. Dan ternyata masing-masing jenis kopi ini memiliki khasiat tersendiri dan sudah diuji di laboratoroium.
Tidak ada perbedaan untuk pengolahan kopi beraroma dengan Kopi Luwak biasa. Pertama biji kopi digrading dulu jadi tiga bagian sesuai ukuran. Makin besar biji kopi itu berarti makin baik kualitasnya. Kemudian biji kopi yang sudah terpisah sesuai kualitasnya dimasukkan ke mesin oven (sangrai) dan dicampur dengan potongan-potongan kecil pinang atau ginseng yang sudah dikeringkan.
Campuran biji kopi dan serpihan ginseng atau pinang di sangrai selama 1–2 jam dalam suhu 190 derajat Celcius. Lamanya proses sangrai akan mempengaruhi warna kopi. Makin lama disangrai serbuk kopi makin berwarna kehitaman.
Setelah disangrai, biji kopi diangin-anginkan sembari menghilangkan lapisan kulit arinya dalam sebuah wadah besar yang sudah dilubangi. Sambil diaduk-aduk, lapisan kulit ari akan turun ke bawah. Setelah bersih biji kopi ini langsung digiling untuk kemudian dikemas untuk dipasarkan.
Cara menyajikan Kopi Luwak yang paling pas adalah memastikan air yang akan dicampur dengan kopi benar-benar mendidih. Setelah dituang di cangkir dan diaduk, diaduk kemudian biarkan dulu beberapa saat supaya butiran-butiran kasar kopi yang mengapung turun ke dasar cangkir.
Menarik sekali kan, ini baru satu daerah penghasil Kopi Luwak. Bagaimana dengan yang lain?
# Lambang Persahabatan dari Lahat
Setelah menempuh perjalanan tidak kurang dari 3500 km, tim sampai juga di kota Lahat. Tim disambut oleh Sahabat Daihatsu, H Saifudin Aswari Riva'i SE yang menjabat sebagai Bupati Lahat.
Sebagai Sahabat Daihatsu, Bupati Lahat yang juga memiliki hobi offroad ini ternyata memilih Daihatsu Terios sebagai kendaraannya, karena dapat mengakomodir semua aktivitas hariannya. Terutama karena kondisi alam serta tipografi Lahat yang didominasi oleh medan light offroad.
Sebagai penikmat kopi, Bapak Bupati menjelaskan bahwa Lahat juga telah memiliki budaya minum kopi dan sudah berlangsung sejak dahulu. Kota Lahat adalah kota tertua di Sumatera dan usianya sudah mencapai 130 tahun. Kota yang dirancang oleh Belanda pada masa penjajahan ini memiliki banyak sekali kebun kopi berkualitas. Hanya saja karena pemasarannya dikuasai tengkulak maka harga beli kopi dari petani kerap dipermainkan sehingga banyak yang mulai meninggalkan kebun kopi.
# Kopi, Gunung dan Sungai Pagaralam
Petualangan berlanjut menuju kota penghasil kopi terbesar di Sumatera, Pagaralam. Letak Pagaralam yang berada kurang lebih 1.000 m dpl di atas permukaan laut membuat udara lumayan sejuk. Di kanan kiri jalan selain teh dan kopi, juga ada persawahan yang cukup luas. Selain dikenal sebagai surga kopi dan teh, Pagaralam adalah salah satu lumbung padi di Sumatera Selatan.
Saat memasuki perbatasan kota, kelokan jalanannya disertai dengan tanjakan terjal. Untuk mengatasi handycap ini, shifter matik Terios pun berpindah-pindah. Ketika tanjakan lumayan terjal agar akselerasi tetap terjaga posisi shifter bergeser ke L. Begitu sudah agak landai bergeser lagi ke-2 , D-3 dan juga D. Ketiga Terios pun berhasil mengatasi tantangan ini.
Eksplorasi Kopi Pagaralam
Di Pusat Kota Pagalaram, tim kembali mengeksplorasi kopi. Ternyata sistem pengolahannya mirip dengan sentra kopi di Liwa dan Lahat. Proses penggilingannya sama-sama memakai dua mesin. Mesin pertama mengolah biji kopi menjadi butiran kasar dan mesin kedua mengolah butiran menjadi makin lembut.
Salah satu hal yang menarik adalah bagaimana mengetahui buah kopi yang dijemur sudah kering atau belum. Caranya dengan mengambil segengam kopi, lalu digoyang-goyang. Jika di dalam buah kopi yang sudah dijemur itu berbunyi, maka biji di dalamnya sudah terpisah dengan dagingnya dan dapat diolah. Biasanya para petani kopi akan menyimpan buah kopi dalam kondisi masih terbungkus dengan kulitnya supaya kopi akan lebih awet dan tidak mudah menyusut. Petani biasanya menyimpan buah kopi dalam karung-karung besar, dan ketika harga membaik barulah diolah menjadi kopi.
Sebagai penutup eksplorasi kopi Pagalaram, tim menerima tawaran warga setempat untuk makan siang di pinggir sungai sembari menikmati aliran sungai yang jernih. Jalan yang dilalui lumayan kecil dan sedikit light offroad.
Untuk mencapai lokasi yang dimaksud tim Terios 7 Wonders harus membawa Terios menyeberang sungai kecil. Ground clearence yang tinggi membuat tim 7 Wonders yakin tidak akan ada masalah melewati sungai kecil itu. Ini baru namanya Sahabat Petualang.
# Keunikan Empat Lawang
Terios 7 Wonders kembali melanjutkan menuju Kabupaten Empat Lawang (Tebing Tinggi). Kali ini kondisi jalan yang dilalui relatif sepi dengan pemandangan hutan di kanan dan kirinya. Jalan yang tidak begitu lebar dan rutenya berkelok-kelok membuat kecepatan tidak bisa terlalu kencang.
Satu-satunya kabupaten yang memakai biji kopi sebagai maskot daerahnya ini mempunyai tanaman kopi yang lumayan produktif. Sebagai salah satu komoditi andalan, hampir di semua tempat di daerah Kabupaten Empat Lawang memiliki kebun kopi yang hasilnya bagus.
“Kopi di Empat Lawang ini berbeda. Karena merupakan hasil pencampuran Arabica dan Robusta. Wujud aslinya Robusta tapi aromanya Arabica.” jelas Pak Anang Zairi – seorang warga setempat pemilik pengolahan kopi.
Yang unik dari Empat Lawang adalah selain biji kopi dijadikan maskot, ternyata seragam batik yang dipakai seluruh pegawai di pemerintahan juga memakai motif biji kopi.
Kopi yang dalam bahasa daerah Palembang disebut Kawo ini benar-benar dimanfaatkan semaksimal mungkin. Di sini pula akan dibangun showroom khusus tentang kopi. Perajin souvenir khas Empat Lawang juga mulai dibina untuk memanfaatkan bahan dari kayu kopi hasil peremajaan. Tidak hanya batang kayunya saja yang dijadikan benda seni, daun kopi pun bisa dijadikan kerajinan unik seperti misalnya tempat tissue dan sebagainya.
# Kebon Kopi Talang Padang
Kebon kopi di daerah Talang Padang adalah tujuan tim 7 Wonders selanjutnya. Saat tim berkunjung, sebenarnya musim panen kopi telah usai (biasanya kopi dipanen di bulan 2 hingga 6). Tapi usai panen masih ada panen susulan, tetapi jumlahnya tidak banyak.
Seperti yang pernah diungkapkan oleh Aswari- Bupati Lahat ketika mampir di daerahnya sebelum tim Terios 7 Wonders sampai di Empat Lawang, bahwa petani kopi sangat tergantung dari tengkulak, demikianlah yang terjadi di lapangan. Hasil panen kebon kopi sudah pasti ada yang menampung tapi harganya juga tidak stabil. Jadi yang menikmati hasil lebih banyak adalah para tengkulak. Semestinya situasi perdagangan yang masih belum menguntungkan para petani kopi jadi perhatian semua kalangan termasuk pemerintah. Supaya petani kopi bisa menikmati hasil jerih payahnya.
# Kelokan Indah Milik Curup
Petualangan seru tiga Daihatsu Terios kembali dilakukan. Dari Desa Talang Padang rombongan bergerak menuju ke Curup – salah satu sentra penghasil kopi di daerah Bengkulu.
Jalanan berkelok-kelok naik dan turun membuat tim 7-Wonders seolah sedang menari bersama Terios. Jalanan yang relatif sepi namun sempit, justru menjadi nilai tambah bagi petualangan Daihatsu ini. Ditambah dengan pemandangan alamnya yang sungguh menyejukkan mata.
Mesin berkapasitas 1.500 cc yang membekali Terios ternyata masih cukup andal. Begitu juga dengan suspensinya. Namun bukannya tanpa halangan. Beberapa kali Terios kejeblos di lubang jalan, tapi bisa diatasi. Akselerasi di tanjakan maupun ketika menyalip kendaraan di depannya, baik yang memakai girboks matik maupun manual, tetap terasa bertenaga.
Tanjakan dan jalan yang berkelok-kelok ternyata terus mewarnai sepanjang jalan sebelum tim Terios 7 Wonders memasuki kota Bengkulu. Sekedar tips bagi para pemakai Terios, jangan segan memindahkan tuas dari D ke D-3 maupun 2. Bahkan di tanjakan yang terjal agar tidak ngempos tenaganya perlu dipindah lagi ke posisi L.
# Mandailing, Desa Kopi yang Hilang
Perfoma Daihatsu Terios sebagai Sahabat Petualang Sumatera Coffe Paradise, ternyata masih tetap maksimal. Walaupun tiga Daihatsu Terios yang dibawa terus dihadapkan pada rute yang menantang, semua berhasil diatasi.
Tujuan tim 7 Wonders selanjutnya adalah mengeksplor kopi yang dihasilkan dari desa di Mandailing Natal. Tim harus menempuh perjalanan kurang lebih 25 km dan masuk kembali di arah pedalaman. Jalannya memang beraspal namun lumayan sempit. Jika berpapasan dengan kendaraan lain, harus berjalan pelan agar ban tidak kejeblos dengan tanah.
Desa yang berada di lembah antara dua bukit ini seperti desa yang hilang. Jika jalanan yang dilalui bukan aspal tapi jalan tanah pasti akan terasa sekali suasana jauh dari peradaban. Apalagi semakin masuk ke dalam menuju Desa Ulu Pungud sinyal ponsel langsung hilang.
Sejarah Kopi Mandailing Natal
Menurut sejarah, kopi Arabica pertama kali masuk Indonesia pada 1699 oleh Belanda dan ditanam di daerah Mandailing Natal. Pusat kopi Arabica pertama kali di tanam adalah Desa Pakantan – Mandailing Natal. Menurut cerita dari warga setempat, kopi yang ada di desanya sudah berusia puluhan tahun. Mungkin malah ratusan tahun. Pohon-pohon kopi di sini diwariskan turun temurun. Ada 2 jenis kopi yang ada di sini. Jenis Arabica yang paling banyak ditemukan, baru kemudian Robusta.
Tantangan Alam untuk Terios
Dari desa ini tim 7 Wonders masuk lebih dalam lagi menuju desa yang paling ujung. Hujan deras yang sempat turun membuat tanah jadi becek. Ini justru yang dinanti oleh tim. Ground clearence Terios teruji dan tidak mudah mentok. Sementara girboks matik dan juga mesin 1.500 vvti tidak diragukan performanya. Dipaksa main offroad ternyata tetap mumpuni.
Jalanan sepanjang Mandailing Natal – Tarutung kondisinya tidak stabil. Sebagian mulus sebagian lagi rusak parah karena perbaikan jalan yang belum juga selesai. Bekas jembatan yang putus karena banjir bandang memang sudah diperbaiki.
Namun kerusakan jalan ini membuat perjalanan agak terhambat. Jalanan tanah berbatu lagi-lagi menguji ketangguhan suspensi Terios. Tapi itu bukan halangan, karena di jalanan jelek sekalipun ternyata suspensi Terios masih terbukti tangguh.
Meski sudah berhati-hati, ternyata kecelakaan tidak bisa dihindari. Salah satu Terios tiba-tiba slip di salah satu tikungan mendekati Tarutung. Stir Terios tidak mau belok dan meluncur lurus, kemudian berhenti setelah menyenggol semak belukar. Di tengah hujan, evakuasi pun dilakukan. Tim 7 Wonders sudah siap dengan peralatan recovery yaitu strap (tali) untuk menarik mobil. Tidak sampai 15 menit Terios pun kembali ke jalan raya.
Tidak jauh dari Tarutung ketika tim 7 Wonders berencana menuju Medan, tiba-tiba melalui radio komunikasi salah satu Terios tim Terios 7 Wonders mengeluh jika rem-nya sedikit bermasalah.
Tim 7 Wonders segera berhenti, dan melakukan pengecekan. Ternyata penyebabnya karena beberapa kali melewati kubangan lumpur dan air maka disc brake basah sehingga pengereman tidak seimbang. Setelah rem tim 7 Wonders panasi dengan cara menjalankan mobil lalu direm bersamaan menginjak gas selama beberapa kali gejala yang dikeluhkan hilang.
Benar-benar tantangan untuk para Sahabat Petualang!
# Kopi Legendaris Takengon
Kota Takengon adalah persinggahan terakhir tim Terios 7 Wonders dalam eksplorasi Sumatera Coffe Paradise. Perjalanan Langsa - Takengon sekitar 334,6 km cukup lancar. Selain lalu lintas tidak terlalu padat kondisi jalan raya juga cukup bagus.
Di Takengon, masyarakat tidak bisa lepas dari kebun kopi. Hampir semua penduduk di kota ini memiliki kebun kopi, bahkan di pekarangan rumahnya. Minimal satu keluarga punya setengah hektar luasnya. Letak geografis yang menjadi salah satu rangkaian Bukit Barisan tentu punya kelebihan tersendiri. Tanahnya subur dan curah hujannya juga cukup tinggi. Karena letaknya kurang lebih 1.300 m dpl maka sangat cocok untuk menanam kopi jenis Arabica.
Tim 7 Wonders diajak melihat langsung salah satu kebun kopi peninggalan Belanda di desa Blang Gele. Kebun kopi tua tersebut hanya seluas 15 hektar. Padahal dari sisi kualitas, biji kopi di desa Blang Gele termasuk nomor satu. Bijinya pun besar-besar dan memiliki aroma yang khas.
Untuk melestarikan kopi jenis ini, pengembangbiakan pun dilakukan. Namun ketika ditanam di daerah lain ternyata hasilnya berbeda dengan yang di Takengon. Di lokasi asalnya kopi Arabica ini biarpun baru berumur setahun tapi buah yang dihasilkan sangat lebat. Sedangkan jika di tempat lain belum tentu sama.
# Sahabat Petualang Berbagi
Tidak hanya sekedar menikmati serunya berpetualang, dalam ekspedisi ini tim 7 Wonders juga melakukan kegiatan sosial yang dilaksanakan di Medan dan Bengkulu. Tim 7 Wonders memberikan bantuan pada Posyandu dan UMKM.
Di Bengkulu, penyerahan bantuan dipusatkan di main dealer Daihatsu jalan S Parman. Kegiatan ini dihadiri pula oleh Walikota Bengkulu. Sedangkan di Medan acara simbolis penyerahan bantuan kepada 2 Posyandu dan 5 UMKM dilakukan di dealer Daihatsu, Jalan Sisingamangaraja, Medan.
Selain itu, di hari terakhir tim Terios 7 Wonders berada di Pulau Sumatera, PT ADM dan juga tim Terios 7-Wonders menyerahkan 3 ekor sapi untuk dijadikan hewan kurban. Ini adalah salah satu bentuk ucapan rasa syukur karena program Terios 7 Wonders, Sumatera Coffee Paradise sudah berhasil dilaksanakan tanpa ada hambatan berarti. 3 ekor sapi ini melambangkan 3 Terios yang dibawa tim dari Jakarta hingga Aceh.
# Sahabat Petualang di “Nol” Kilometer
Akhirnya rangkaian perjalanan panjang tim Terios 7 Wonders hampir berakhir. Setelah beristirahat semalam di Banda Aceh, tim menuju pelabuhan ferry Ulee Lheue. Menurut informasi jadwal kapal ke Sabang tidak menentu. Tim Terios 7 Wonders pun sudah antri di lokasi pelabuhan minimal dari jam 7 pagi.
Setiba di pelabuhan Ferry Balohan – Sabang, tim segera menuju kota Sabang. Dan akhirnya tim Terios 7 Wonders berhasil mencapai titik “Nol” kilometer di ujung Pulau Weh, Provinsi Aceh Nanggroe Darussalam pada pukul 12.48 WIB. Ekspedisi ke Negeri Kopi selama 15 hari dari Jakarta dengan total jarak 3.657 km, berakhir sudah.
Seremoni singkat menandai berakhirnya ekspedisi ini dilakukan di Tugu “Nol” Kilometer. Seremoni ini ditandai dengan penyerahan plakat, yang akan ditanam di lokasi sekitar lokasi tugu Nol Kilometer.
Ekspedisi Sahabat Petualang di Negeri Kopi akhirnya berakhir. Sumatera Coffee Paradise menjadi bukti kebesaran bangsa Indonesia dalam hal potensi alamnya. Dan Terios 7 Wonders menjadi bukti ketangguhan Daihatsu Terios dalam mengatasi bermacam medan dan tantangan alam.
There is no certainty; there is only adventure.